Became A First-time Diver As A Person With Anxiety

Published by Kafe Penyelaman on

Loading

Oleh : Ekayanti

Jika bukan dimulai dari sekarang, maka kapan lagi kita memulai.

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber kekayaan laut yang sangat melimpah, mulai dari flora, fauna sampai minyak bumi. Sebagai mahasiswa kelautan yang bergelut dengan dunia laut, saya memiliki ketertarikan yang sangat besar terhadap konservasi terumbu karang yang ada di Indonesia. Tidak banyak orang yang mengetahui apa manfaat dari adanya terumbu karang sehingga hal ini jarang sekali diperhatikan, tak jarang juga mereka dengan sengaja atau tidak sengaja merusak terumbu karang tanpa adanya perbaikan kembali. Karena itu, saya merasa iba dan prihatin atas apa yang telah terjadi pada laut kita. Jika bukan dimulai dari sekarang, maka kapan lagi kita memulai memperbaiki hal yang seharusnya kita jaga? Maka dari itu, saya mengambil langkah kecil dengan menjadi seorang penyelam.

Berawal dari seorang kakak tingkat yang menyarankan saya untuk belajar diving di sebuah komunitas selam bernama Kafe Penyelaman. Karena saya memiliki tujuan untuk bisa melakukan rehabilitasi terumbu karang dan observasi untuk keperluan skripsi, akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti kelas penyelaman tersebut. Awalnya saya ragu, karena pelatihan tersebut memiliki jarak yang cukup jauh dengan rumah saya. Namun karena tekat dan keinginan saya, akhirnya saya memutuskan untuk bergabung. Saya berangkat dari Serang, Banten menuju Bekasi untuk menginap di rumah nenek saya. Pada hari H, saya berangkat menggunakan KRL menuju tempat latihan kolam dengan waktu 1 jam perjalanan.

Hari ke-1 : Tetap mencoba agar kamu bisa melihat  hasilnya.

Hari pertama kami mulai dengan pemanasan, kemudian kemampuan berenang kami dilihat dengan berenang sejauh 200 meter menggunakan gaya yang paling kami kuasai. Saya sudah lama tidak berenang dan sebenarnya tidak memiliki mental yang besar untuk berenang dikolam, sehingga saya memulai berenang dengan kolam yang dangkal. Setelah melakukan berenang 200 meter, kami melakukan renang hanya dengan satu kali tarikan nafas atau apnea sejauh  10 meter. Setelah itu kami melakukan watertrapen atau injak-injak air. Ketiga keterampilan dasar di air tersebut akan menudukung kemampuan kami saat bertahan di permukaan atau dalam kondisi darurat di air, dan saya bisa melakukannya dengan baik. Berikutnya kami menerima kelas teori tentang peralatan dasar  dan mempraktikan bagaimana cara memasang menggunakan alat SCUBA serta perawatannya.

Seorang diver pemula harus mengetahui bagaimana cara memasang alat SCUBA yang akan digunakan, setelah pemasangan selesai kami langsung mempraktikan bagaimana cara menggunakan alat tersebut. Dan sialnya, saat itu saya mendapat giliran pertama untuk mencoba, namun tentunya saya bersama 2 orang teman saya. Mengapa saya bilang sial? Karena saat itu saya benar-benar merasa panik ketika mencoba berenang di kolam yang lebih dalam “ahh sial..”.  Dalam batin, saya harus tetap kuat dan menjalani latihan ini (sebagai tes mental) dengan senang hati. Karena bagaimanapun itu adalah jalan pilihan saya. Pelatihan hari pertama telah selesai, dan setelah saya coba saya masih dalam kondisi baik-baik saja. Hal yang bisa menjadi evaluasi saya kali ini adalah “Jangan terlalu memikirkan sesuatu secara berlebih dalam menjalani sesuatu yang mungkin belum pernah di lakukan sebelumnya. Tetap mencoba agar kamu bisa melihat  hasilnya.”

Hari ke-2 : akhirnya saya bisa berlatih dengan perasaan yang cukup tenang.

Latihan hari kedua dimulai, pada hari ini saya sudah merasa lebih tenang daripada hari sebelumnya, setidaknya saya sudah melewati rintangan pada hari kemarin yang ternyata saya bisa melewatinya. Dengan tarikan nafas panjang dan keyakinan diri akhirnya saya bisa berlatih dengan perasaan yang cukup tenang. Saya mulai tidak takut dengan kolam yang dalam, saya belajar hal yang sebelumnya belum bisa saya capai, dan terus berlatih dengan dukungan dari tim yang sudah menguasai teknik yang belum bisa saya kuasai. Hari ini latihan di mulai dengan pemanasan, kemudian kami melakukan latihan 400 meter fin swimming, setelah itu berlatih bermacam keterampilan menggunakan alat Skin Diving (Masker dan Snorkel) maupun SCUBA, baik di atas maupun di bawah air, antara lain water entry atau masuk ke air dengan teknik Giant Stride atau “Langkah raksasa” dan Back roll atau berguling ke belakang, menyelam dari permukaan dengan teknik duck dive, merakit dan membongkar peralatan scuba, pre-dive safety check atau mengecek peralatan dengan mitra sebelum menyelam,  teknik descent dan ascent masuk menyelam menggunakan 5 langkah, mask clearing dan masih banyak keterampilan lainnya.

Sampai dengan waktu latihan selesai  ada 3 keterampilan yang belum saya kuasai penuh, yaitu neutral buoyancy atau berlatih mendapatkan daya apung netral, mask clearing atau membersihkan masker dengan memasukkan dan menguras air, dan menyelam dari permukaan dengan teknik duck dive. Setelah selesai, dengan bantuan teman-teman yang lain saya tetap berlatih. Dan akhirnya saya bisa melakukan semua keterampilan tersebut kecuali hal terakhir yaitu duck dive, saya masih harus tetap berlatih.


Hari ke-3 : jangan panik dan tetap tenang.

Hari ini kami berangkat  ke pulau Pramuka, di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Ini pertama kalinya saya menaiki kapal speedboat yang berada di dermaga Marina Ancol. Saya pikir dermaga ini akan sepi pengunjung, ternyata pikiran saya salah. Justru kebalikannya, dermaga ini penuh sesak karena banyak wisatawan baik asing maupun lokal yang akan berkunjung ke pulau-pulau di Kepulauan Seribu. Melihat wisatawan lain juga membawa peralatan Diving, sudah di pastikan bahwa Kepulauan Seribu juga merupakan surga dunia bawah laut yang memiliki keanekaragaman terumbu karang yang harus dikunjungi – tidak perlu jauh-jauh datang ke Raja Ampat. Perjalanan ke pulau Pramuka hanya memerlukan waktu 1,5 jam.  Kami tiba di dermaga pulau Pramuka dan menuju ke penginapan untuk cekin dan bergegas mengganti pakaian untuk melakukan penyelaman.

Penyelaman hari ini merupakan Latihan Perairan Terbuka atau LPT 1 dan LPT 2 – penyelaman  ini kami lakukan dari pantai di dermaga depan Vila Delima. Awalnya, pada penyelaman pertama kali ini saya masih merasa panik yang menyebabkan saya bergerak secara tidak karuan. Ada 3 hal yang menyebabkan saya panik yaitu, saya tidak ingin menginjak karang yang ada di bawah saya, saya takut tersengat hewan di bawah air yang tidak saya lihat dan kacamata yang saya gunakan tiba tiba sangat berembun yang menyebabkan saya tidak bisa melihat sekeliling saya. Bagusnya, saya berhasil melihat lagi ketika saya melakukan mask clearing di bawah air.

Sebagai seorang penyelam yang menyelam untuk pertama kalinya, bagi saya ini bukan lah hal yang mudah. Saya harus mengatur pernafasan, mengatur keseimbangan, dan mengatur pergerakan saat di bawah air tetap tenang. Pada penyelaman pertama ini saya berulang kali jatuh di dasar perairan yang menyebabkan saya tergores pada karang mati yang ada di bawah tubuh saya. Selain itu, tanpa saya sadari saya tersengat hewan laut, mungkin saat saya panik – menyebabkan biru di sekeliling bekas sengatan pada lengan saya. Pada penyelaman kedua pada hari ini, saya mengalami peningkatan dari evaluasi yang saya lakukan pada penyelaman pertama. Pada penyelaman kedua ini, saya berhasil mempraktikan beberapa keterampilan yang telah di ajarkan oleh instruktur selam saya dan berenang dengan keadaan yang lebih tenang dari sebelumnya. Pesan yang dapat di ambil pada hari ini adalah, jangan panik dan tetap tenang.

Hari ke-4 : Penyelaman menggunakan kapal

Kami melakukan penyelaman LPT 3 dan LPT 4 sebelum kami pulang pada hari terakhir ini. Penyelaman dilakukan dengan menggunakan kapal, dengan lokasi pertama di APL (Area Perlindungan Laut) dan lokasi kedua di pulau Pramuka bagian Timur. Kami turun ke air  dengan menggunakan teknik Back Roll dari atas kapal. Pada penyelaman ketiga ini saya merasa tenang dan senang karena sudah bisa mengendalikan pergerakan saya di dalam air, bahkan saya sudah bisa mengatur buoyancy di bawah air. Pada latihan kali ini saya menanamkan mindset bahwa saya merupakan Princess Ariel yang sedang melihat lihat keindahan laut. Sebagai seseorang yang memiliki “Panic Attack”mindset tersebut haruslah ditanamkan sebelum kita melakukan sesuatu. Entah itu mindset yang indah ataupun mindset tidak masuk akal seperti saya. Namun dengan begitu, saya bisa melewati hari saya tanpa kecemasan yang berlebih. Pada penyelaman ketiga ini,kami berenang selama 43 menit di bawah air dengan kedalaman 15 meter. Pada menit terakhir serangan panik saya kembali muncul hingga menyebabkan saya mengalami sesak nafas di dalam laut.

Beruntungnya waktu penyelaman kami sudah berakhir, saya dan teman-teman beserta instruktur kami pun  naik ke permukaan setelah melakukan safety stop – yaitu berhenti di kedalaman 5 meter selama 3 menit dengan tujuan mengurangi resiko terkena penyakit dekompresi. Pada saat itu saya sudah tidak memiki tenaga untuk melawan arus, saya dibantu ke permukaan dan beristirahat di permukaan. Tak diduga, pada saat itu ada seseorang penyelam yang tidak saya kenal membantu saya untuk naik keatas kapal, dan ternyata orang tersebut merupakan penyelam dari kelompok lain yang tersesat saat melakukan Penyelaman. Penyelam tersesat tersebut akhirnya ikut dengan kapal kami untuk kembali ke dalam kelompoknya sendiri.

Setelah saya di atas kapal, saya merasa lemas dan masih merasa sesak serta muka yang pucat. Entah apa yang menyebabkan saya mengalami hal itu, tapi yang saya tahu hal itu dikarenakan saat di dalam laut, tiba tiba saya merasa cemas dan ketakutan – walaupun sebelumnya saya merasa baik baik saja. Sambil mengatur nafas dan menata pikiran saya kembali,  saya memutuskan untuk beristirahat sambil menyantap sarapan yang telah di sediakan di atas kapal.

Setelah kurang lebih satu jam beristirahat/ surface interval, kami bersiap melakukan penyelaman LPT 4. Dikarenakan kondisi saya yang mungkin terlihat tidak memungkinkan untuk melakukan penyelaman, saya diberi pilihan untuk boleh tetap berada di atas kapal atau tetap ikut bergabung dalam penyelaman. Karena ini adalah penyelaman terakhir, saya sangat tidak ingin menyianyiakan kesempatan tersebut. Maka dari itu saya memilih untuk tetap ikut bergabung dalam penyelaman. Sebelum melakukan penyelaman saya menanamkan mindset dalam pikiran saya yang lebih kuat lagi agar hal tersebut tidak kembali terjadi. Dan yaa, lagi-lagi saya menjadi lebih tenang dari penyelaman sebelumnya. Pada Penyelaman ini, saya merasa tenang dan bisa menikmati keindahan laut yang ada di Pulau Pramuka timur ini. Ritme dan dinamika kepanikan yang sama terus berulang pada saya di pelatihan kali ini. Entah apa yang menyebabkan hal tersebut, namun hal itu sangat lucu jika diingat kembali.

Hari terakhir kami diakhiri dengan kapal yang kami naiki terombang ambing ditengah laut dikarenakan malfungsi dari kemudi kapal yang menyebabkan kapal tidak bisa bergerak. Kejadian itu terjadi pada pukul setengah empat sore, dimana ombak laut sudah mulai tinggi dan menyebabkan kapal terguncang sangat hebat, kapal terombang-ambing cukup lama sampai akhirnya kapal bisa di tarik dengan menggunakan kapal lain setelah sekitar 1 jam menunggu. Kebanyakan penumpang yang berada di kapal mendapatkan jackpot atau muntah dikarenakan mabuk laut. Sayangnya kapal kami berkali-kali gagal dalam melakukan penarikan dikarenakan tali yang digunakan terus menerus terputus.

Pada akhirnya kami dapat melanjutkan perjalanan ke Marina Ancol dengan menggunakan kapal yang berbeda pada pukul 8 malam. Dan kami tiba dengan selamat di dermaga Marina Ancol pada pukul 9 malam dengan di sambut oleh kepolisian dan petugas dermaga.

Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa saya ambil, saya sebagai seseorang yang memiliki anxiety dan panic attack memilih untuk menjadi seorang penyelam karena saya tahu bahwa ketakutan dan kecemasan itu hanya ada di dalam pikiran kita, dan jika kita terus menerus mengikuti pikiran kita tanpa berani mencoba, maka kita tidak akan pernah mengetahui hasilnya. Seperti dalam kutipan lagu Adele “You never know, if you never try”, kamu tidak akan pernah tahu bagaimana hasil dari sesuatu yang tidak pernah kamu coba. Kamu juga tidak akan pernah berkembang jika kamu terus menerus berada dalam zona nyaman yang telah kamu ciptakan sendiri.

Seseorang dengan anxiety memang membentengi dirinya agar hal-hal yang ada di luar kendalinya tidak akan pernah terjadi pada dirinya, namun hal ini akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri karena kita tidak akan pernah mengetahui apa-apa. Jika kamu merasa ketakutan akan suatu hal yang sebetulnya aman dan masih bisa untuk dilakukan, ada baiknya kamu harus tetap mencoba dan melawan rasa takut itu.

Galeri Foto

Topik terkait lainnya :
My Wonderful Trip to North Maluku
Hebat! 10 Ikan Komersial ini menentukan Kesehatan Karang
Urutan Teratas Alat Selam Yang Dibeli Seorang Penyelam
Menghentikan Ancaman Kepunahan Ikan Napoleon, Mungkinkah?

Petualangan Seru Anak Krakatau
Wisata Belitung Timur, Keindahan Laut dan Kenikmatan Kuliner
Jelajah Pesona Ambon Lease
Status of Golden Butterflyfish in Indonesia
4 Hari Paling Seru Saat Berlatih Selam
Isyarat Tangan Dalam Keadaan Darurat Saat Menyelam


Kafe Penyelaman

As an archipelago country, Indonesia has area covered with waters bigger than land. Kafe Penyelaman wants to improve the business scope in underwater services to explore how beautiful marine life and ecosystem. Our company is an Indonesian dive center based in Cibubur and undertakes tasks covering all over Indonesia waters. Our orientation is to provide professionalism, customer focused services and competitive cost effective solution. We are supported by professional, skilled and experienced diver and scientist coral reef expert in order to ensure accurate and competent service delivery, endeavouring at all times to satisfied our client safety, quality, technical and commercial objective.