Perjalanan ke negeri Gajah Putih

Published by Kafe Penyelaman on

Loading

Bulan Nopember 2009 yang lalu saya mendapat surat elektronik mengenai sebuah simposium terumbu karang di Thailand pada Juni 2010. Simposium ini merupakan ajang para ilmuwan lingkungan, perikanan dan kelautan serta praktisi konservasi di Asia Pasifik untuk membicarakan perkembangan kondisi terumbu karang dan perikanan di kawasan ini. Para ilmuwan akan membicarakan berbagai isu terkait perkembangan iklim, perikanan, teknologi maupun kegiatan monitoring terumbu karang.  Sebagai salah satu tim monitoring di kawasan pusat segitiga karang, saya ingin berpartisipasi dalam pertemuan ini sekaligus menambah pengalaman.

Bersama Purwanto dan Joanne – kolega saya di The Nature Conservancy Indonesia Marine Program – abstract kami diterima panitia. Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Saya berangkat ke Thailand, sebuah negeri yang dikenal dengan sebutan negeri Gajah Putih. Dalam penerbangan saya bertemu dengan belasan ilmuwan berasal dari Indonesia.

Tiba di Phuket kami tidak menjumpai halangan, baik di imigrasi maupu dalam penjemputan sampai ke pembagian penginapan – yang telah disediakan panitia. Hal yang sedikit mengganggu adalah ketika mencari tempat makan dan mereka kuranglancar berbahasa Inggris atau melayu. Hal berikut yang ingin saya lakukan adalah mendapatkan pulsa telepon, baru saya dapatkan setelah mencari dan berjalan beberapa blok dari hotel kami – toko seven eleven (seperti indo mart atau circle k di Bali/ Jakarta).

Acara simposium dibuka keesokan harinya, dihadiri oleh kurang lebih 500 ilmuwan dari  negara-negara di Asia dan Pasifik. Sebagai pengalaman pertama menjadi pembawa makalah di event internasional membuat saya nervous atau gerogi bukan kepalang. Saya mendapat kesempatan presentasi di hari pertama di ruang yang sangat besar. Bak seeorang keynote speaker saya dipanggila maju ke depan panggung. Dengan persiapan seadaanya saya berbicara selama kurang lebih 12 menit, tepat. Materi yang saya sampaikan adalah mengenai metoda long-swim – berenang jauh (400 meter) untuk melakukan pemantauan ikan besar yang sudah jarang dalam monitoring kesehatan karang.

Dalam acara ini, panitia menyediakan kegiatan lapangan. Ada beberapa pilihan, diantaranya penyelaman ke pulau Racha Yai di perairan Phuket. Saya, Purwanto dan Agus Trianto mendaftar kegiatan ini untuk melihat atau membandingkan kondisi terumbu karang dan kehidupannya dengan kondisi di perairan Indonesia. Berkumpul di penginapan, panitia menyediakan kendaraan menuju pantai pemberangkatan. Di pantai Chalong kami mempersiapkan peralatan dan kemudian dengan menggunakan kapal cukup besar kami berangkat ke pulau Racha Yai (Racha Besar).

Perjalanan menuju pulau Racha Yai kami tempuh selama 2 jam dikarenakan tingginya gelombang saat itu mencapai 2 meter, sehingga tidak dapat berlayar dengan kecepatan penuh. Rombongan kami berasal dari bermacam negara dan latar belakang, diantaranya mahasiswa dari Malaysia, Singapura, Jerman, Jepang dan ada pula staff dari NOAA Amerika. Saya dan penyelam lain sangat ingin tahu dengan kejadian yang menimpa terumbu karang di perairan ini 3 bulan terakhir ini.

Sampai di pulau Racha Yai, kami berlabuh di pantai “Home Run” dan menyelam disini. Lokasi penyelaman ini kebanyakan adalah pasir dengan beberapa kelompok karang. Kami mendapatkan karang-karang yang sudah memutih dan diantaranya sudah ditutupi oleh alga. Ikan karang terlihat beberapa kelompok seperti kakap kuning, belut laut, ikan kakatua dan “butterfly fish”. Hal yang menarik buat saya adalah sebuah bangkai kapal kecil dimana mnjadi rumah bagi ikan-ikan warna-warni serta biota laut lain seperti udang mantis dan udang pembersih.

Selesai penyelaman pertama kami istirahat di kapal dan mendapat jatah makan siang. Sambil makan siang kami menikmati pemandangan sekitar perairan pantai ini, dimana terdapat puluhan kapal ikan sedang beristirahat. Kapal-kapal ikan ini menggunakan lampu dan jaring untuk menangkap ikan di malam hari.

Penyelaman kedua dilakukan di lokasi penyelaman “Staghorn”. Disini kami menjumpai lebih banyak karang, baik karang Acropora bercabang maupun karang masif dari jenis Porites. Apa yang kami jumpai lebih dramatis dan baru pertama kali saya saksikan terumbu karang yang memutih, hanya beberapa kelompok yang masih selamat. Dimana mata memandang adalah karang yang memutih/ bleaching. Ikan-ikan berenang diantara karang-karang yang memutih. Kami berjumpa dengan udang karang dan invertebrata lainnya. Disini saya mendapatkan catatan baru untuk jenis nudibranch dan berjumpa dengan sepasang cumi batu atau “cuttle-fish” yang menari diantara karang.

Kami pulang kembali ke pulau Phuket dengan suatu kenangan yang tidak akan hilang tentang kondisi terumbu karang di negeri Gajah Putih ini. Laut Andaman yang berbentuk seperti wajan ini mungkin kurang mendapat pergantian masa air sehingga suhu air menjadi meningkat dan mengakibatkan pemutihan karang yang luas.

Selain mengikuti presentasi dari para ilmuwan Kelautan, saya juga menyempatkan diri untuk melihat sudut kota di pulau ini, diantaranya patung Budha besar, Chalong Temple, pantai Patong dan pusat kuliner di Phuket. Hal baru yang belum pernah saya lakukan dan baru pertama kali saya lakukan adalah mencicipi makan tradisional atau jajanan dipinggir jalan dari serangga. Kami menemukannya di belakang sebuah hotel tempat seorang teman menginap. Penjual jajan ini menggunakan gerobak untuk berjualan. Secara tidak sengaja kami melewati saat kami mencium aroma seda dari gerobak tersebut. Saya dan teman-teman tertarik untuk mencicipi makanan aneh ini. Kami membeli ulat dan belalang goreng dengan harga masing-masing 20 baht atau sekitar Rp 6,000. Rasa ulatnya gurih sekali dan belalangnya gurih dan renyah, Uenaaak tenan!

Menikmati suasana malam di pasar kuliner memberi kesan tentang Thailand sebagai negara serumpun. Beberapa pedagang makanan tersebut mengerti beberapa kata melayu bahkan bisa berbahasa Melayu. Saat makan pun kami berjumpa dengan beberapa wisatawan yang berasal dari Medan dan Indonesia.

Tanpa terasa waktu telah tiba bagi kami untuk kembali. Perjalanan ini membawa catatan yang akan saya bagikan kepada rekan dan keluarga di tanah air tentang negeri Gajah Putih dan terumbu karangnya.

Lokasi penyelaman Racha Yai :

Topik terkait :
Isyarat Tangan Dalam Keadaan Darurat Saat Menyelam

Geropa Laut Mikronesia
Spawning and Aggregations of Groupers (Serranidae) and Napoleon Wrasse (Labridae) in the Komodo National Park
Hiu Paus Teluk Cenderawasih
Semalam Bersama Si Raksasa di Pantai Trianglasi Alas Purwo

Penilaian Kondisi Ekosistem Terumbu Karang
Yuk Belajar Identifikasi Ikan Karang


Kafe Penyelaman

As an archipelago country, Indonesia has area covered with waters bigger than land. Kafe Penyelaman wants to improve the business scope in underwater services to explore how beautiful marine life and ecosystem. Our company is an Indonesian dive center based in Cibubur and undertakes tasks covering all over Indonesia waters. Our orientation is to provide professionalism, customer focused services and competitive cost effective solution. We are supported by professional, skilled and experienced diver and scientist coral reef expert in order to ensure accurate and competent service delivery, endeavouring at all times to satisfied our client safety, quality, technical and commercial objective.