Petualangan Seru Anak Krakatau
Debur ombak, aroma belerang, warna warni terumbu, gurat eksotis ikan karang, dan bermacam keseruan silih berganti menyertai perjalanan di perairan yang membelah pulau Jawadwipa dan Suwarnadwipa. Liburan akhir pekan merupakan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan diluar kebiasaan sehari-hari dengan menyaksikan keajaiban alam yaitu keindahan sekaligus kengerian di gunung Anak Krakatau.
Sejarah Gunung Krakatau
Letusan dasyat gunung Krakatau pernah terjadi pada tanggal 26-27 Agustus 1883, dimana suara letusannya terdengar hingga ribuan kilometer dari lokasi letusan. Saat meletus gunung Krakatau memuntahkan jutaan ton material sehingga 2/3 gunung Krakatau purba tersebut lenyap membentuk kaldera raksasa di bawah laut mengakibatkan terjadinya gelombang tsunami dengan ketinggian air mencapai 40 meter. Di bekas letusan tersebut kemudian muncul gunung api baru yang tercatat terbentuk pada tahun 1927 dan makin lama makin tinggi hingga kini mencapai kurang lebih 450 meter dari permukaan laut.
Memulai Perjalanan
Titik awal petualangan ini dimulai dari pelabuhan penyeberangan Merak provinsi Banten. Perjalanan menuju gunung Anak Krakatau kami lakukan melalui jalur Sumatera, yaitu dengan menyeberangi selat Sunda dari pelabuhan Merak, Banten ke pelabuhan Bakauheni Lampung. Perrjalanan laut menggunakan Kapal Ferry, yaitu sebuah kapal besi yang mampu mengangkut penumpang dan juga kendaraan, mulai sepeda otor hingga truk dengan muatannya. Setelah membeli tiket di loket, sekitar pukul 2 pagi kami bersama dengan para penumpang yang akan menyeberang ke pulau Sumatera harus antri memasuki kapal melalui jembatan yang tersedia bagi penumpang. Sesampai di dalam kapal para penumpang pun saling berebut untuk mendapatkan tempat duduk atau menyimpan barang mereka. Tidak lama berada di dalam, kapal mulai bergerak memecah ombak di malam yang gelap. Kapal ferry ini menyediakan fasilitas layanan penumpang seperti hiburan melalui televisi dan juga kantin yang menyediakan minuman dan aneka makanan ringan. Selama pelayaran saya gunakan untuk melihat-lihat ruang-ruang di atas kapal, mulai dari tempat penumpang hingga tempat parkir kendaraan. Berada di tempat kendaraan yang terbuka saya mendapat hembusan angin laut yang kuat, hal ini membuat segar sehingga saya terhindar dari mabok laut.
Perjalanan Darat
Pelayaran selama 2 jam melintasi selat Sunda bukan waktu yang lama. Sekitar pukul 4 pagi kami tiba di pelabuhan Bakauheni, Lampung untuk selanjutnya berganti moda transportasi menggunakan angkot. Setelah beberapa saat mencari angkot kami mendapatkan sebuah minibus berkapasitas 12 penumpang dengan harga yang cukup murah. Dalam kondisi setengah mengantuk kami meluncur ke jalan raya lintas timur Sumatera menuju pantai Kalianda. Kami diuntungkan karena waktu masih pagi sehingga belum banyak warga Lampung yang menggunakan jalan sehingga perjalanan sangat lancar.
Dermaga Canti
Kami tiba di sebuah pantai yang memiliki dermaga yang digunakan kapal-kapal wisata menaikkan dan menurunkan penumpang yang akan bepergian ke pulau-pulau sekitar Lampung Selatan ini. Pantai Canti ini memiliki air laut yang jernih dan tenang serta terlindung. Para pengunjung yang tiba bersama kami selanjutnya menuju ke sebuah warung kecil di samping dermaga dimana menyediakan tidak hanya makanan dan minuman, namun juga listrik yang dapat digunakan untuk mengisi baterai kamera maupun handphone. Sambil menunggu sarapan dihidangkan kami membersihkan diri di kamar mandi umum yang terletak 20 meter dari warung tersebut. Setelah sarapan dan persiapan telah selesai kami menuju kapal kayu yang telah siap di dermaga.
Pulau Sebuku, Laut yang jernih
Langit cerah dengan sedikit awan memayungi kami yang berada di atas kapal kayu dari sengatan sinar matahari. Air laut yang ramah seakan menyambut pelayaran kami menyusuri selat Sunda dan pulau-pulau kecil yang bertebaran di permukaannya. Kapal kayu yang kami tumpangi memiliki ukuran panjang 13 meter dan lebar 3 meter sehingga cukup lebar dan membuat stabil berada di permukaan laut yang licin bagaikan kaca. Para penumpang merupakan anak-anak muda yang ingin membuktikan kecintaan meraka akan keindahan alam ibu pertiwi sekaligus memastikan keindahan alam laut di bawah dan hutan serta fauna di atas daratannya tetap lestari. Pengunjung datang dari tempat yang berbeda namun memiliki satu tujuan, yaitu melakukan petualangan seru di gunung api yang masih aktif yaitu Anak Krakatau. Perjalanan menuju Anak Krakatau harus melalui lautan dan pulau-pulau dengan karangnya yang ganas, sehingga membutuhkan kondisi fisik dan daya tahan tubuh yang prima. Kami beruntung karena kondisi selat Sunda di bulan Desember ini sedang bersahabat bahkan saat kami tiba dan berlabuh di pulau Sebuku kapal tidak menjumpai halangan dan dapat mendarat di pasir putihnya. Sudah menjadi kebiasaan aturan tidak tertulis bahwa setiap memasuki suatu lokasi bangsa kita harus meminta ijin kepada penguasa wilayah tersebut. Demikian juga bagi kami sebelum memasuki wilayah pulau Krakatau kami pun memohon ijin dan menyampaikan maksud kedatangan kami dengan turun membasuh muka di pantai pulau Sebuku sebagai gerbang menuju Anak Krakatau. Pantai ini tidak hanya tempat perhentian bagi tamu yang akan masuk ke pulau Krakatau, kami juga berjumpa dengan nelayan yang mencari hasil laut di selat Sunda. Setelah mendapatkan kesegaran di pantai, kami kembali ke kapal untuk melanjutkan perjalanan.
Pulau Sebuku kecil hanya berjarak sekitar 15 menit dari pulau Sebuku Besar, belum banyak yang tahu akan keindahan alam bawah laut di pulau ini. Setiap orang harus belajar menggunakan peralatan masker dan snorkel untuk dapat melihat dan mengetahui apa yang tersembunyi di dalam laut tersebut. Sebagian dari kami belum mahir berenang sehingga mereka menggunakan jaket apung. Aneka kehidupan laut menghuni dalam air yang jernih kebiruan. Aneka karang berbentuk meja dan otak menjadi tempat berlindung ikan dan mahluk laut lainnya. Dapat berenang dan melihat langsung hewan-hewan ini sungguh membuat kami lupa hiruk pikuk dan kemacetan di jalan raya metropolitan. Kami pun bebas berenang kian kemari bersama ikan pemakan lumut yang berwarna warni. Tanpa terasa hari sudah menjelang siang, kami dipanggil untuk naik ke atas kapal dan melanjutkan perjalanan.
Catatan penyelaman di Divespot Karang Serang:
Sebesi, Karang Tanduk Rusa dan Ikan Kupu-Kupu
Kami menuju perhentian berikutnya yaitu pulau Sebesi di sebelah selatan pulau Sebuku. Sampai di pulau ini kami langsung menuju dermaga dan berjalan kaki menyusuri pantai untuk menyimpan tas dan makan siang. Sebuah pondok yang sederhana terletak di pantai menjadi tempat beristirahat dan menyimpan perbekalan kami. Kami disambut dengan minuman kelapa muda yang segar. Makan siang kami berupa sayur bening dan ikan laut dengan sambal terasi membangkitkan hormon semangat kami. Aroma harum dari minyak kelapa menambah nafsu makan sehingga dengan cepat hidangan di meja menjadi bersih. Angin sepoi semilir mengantar kami sejenak untuk istirahat sembari mendinginkan kulit tubuh yang sempat terpanggang oleh sinar surya.
Sore hari kami kembali dalam petualangan seru di bawah laut tidak jauh dari dermaga, tepatnya di sebelah timur tempat kami menginap. Air laut yang jernih menampakkan kehidupan di dalamnya secara langsung hanya dengan kaca masker. Hamparan karang bagai tanduk rusa dengan warna warni nya bagai sebuah istana megah dihuni aneka rupa kehidupan laut. Ikan kardinal dan ikan kupu-kupu nan eksotis bagaikan dayang-dayang menjaga para ratu yang istirahat dalam keputrennya dijaga ikan piso-piso sebagai pengawal mereka. Puas menyelami terumbu karang di pantai Sebesi, kami pun bergeser ke pulau Umang untuk mengabadikan kemilau senja dari pantainya.
Malam Akhir
Malam terakhir di tahun 2016 kami lewatkan bersama dengan para muda berjiwa petualang di sebuah pulau yang menghadap lautan luas yang dikenal sebagai Samudera Hindia. Bagi masyarakat pesisir yang tinggal di sekitar pulau-pulau Krakatau meyakini adanya kekuatan mistis mengiringi sejarah terbentuknya gunung Krakatau. Suara gamelan acapkali terdengar dikejauhan demikian juga penampakan kapal putih yang menghilang saat didekati, merupakan sebagian kisah mistis yang tersebar di kalangan masyarakat setempat. Kami berkumpul di halaman menyantap ikan bakar dan hidangan lezat lainnya. Sembari bersenda gurau dan berbagi pengalaman kami melewatkan malam akhir tahun nan indah dengan bintang-bintang bertaburan di langit biru.
Tahun Baru, Anak Krakatau, Legon Lele
Kapten kapal memerintahkan ABK (anak buah kapal) melepas tali pengikat kapal dan kapal bergerak menjauhi dermaga membelah lautan biru selat Sunda ke arah Samudera Hindia, tepatnya kepulauan yang dulu merupakan sebuah Gunung Api di tengah lautan. Deru mesin terdengar sayup dari ruang kemudi saat cahaya oranye semburat di ufuk timur tanda diawalinya tahun 2017. Semakin dekat kami dengan gunung Anak Krakatau yang kesohor hingga ke manca negara. Setiap orang di dalam kapal membicarakan kedasyatan letusan yang telah memuntahkan 2/3 material yang dikandungnya. Terbayang betapa gentar setiap hati manusia yang mendengar dentuman letusannya yang konon dapat terdengar hingga ke Alice Spring di Australia dan di pulau Rodrigues dekat Afrika yang berjarak lebih dari 4,600 km.
Perlahan kapal pun mendekati pantai berpasir hitam hingga akhirnya berhenti. Satu per satu kami turun melewati tangga dan mendarat di pulau Anak Krakatau dengan selamat. Bertambah lagi satu pulau di Nusantara yang mengundangku untuk berkunjung. Kali ini begitu istimewa karena tepat pada awal tahun. Petualangan kami di gunung api ini dimulai. Hutan cemara tumbuh di pantai dan berakhir di lereng digantikan oleh tanah dengan kerikil. Pendakian melewati jalan tanah berkerikil ini harus hati-hati karena dapat membuat pejalan kaki terjatuh. Terdapat beberapa pohon tumbang sehingga harus mencari jalan alternatif. Kami berjumpa dengan beberapa pendaki baik yang sejalan maupun dalam perjalanan kembali ke pantai. Terasa keakraban diantara para petualang dimana satu kelompok pendaki memberikan air minum kepada kelompok kami karena air minum kami lebih dulu habis.
Saat tiba di lembah dan tanjakan semakin terjal, matahari pun makin terik. Kami berhenti untuk beristirahat sejenak sambil berfoto ria. Dari lembah gunung kami bisa menyaksikan asap dari kawah semakin tebal dan aroma belerang semakin menusuk pernafasan kami, sehingga kami memutuskan untuk kembali dan menjauhi asap tersebut. Dari atas lembah ini sungguh pemandangan yang luar biasa indah terpampamg di depan kami. Tampak di timur pulau Rakata dengan setengah badannya telah hilang dikelilingi lautan biru. Kami tiba kembali di pantai dan bersiap untuk petualangan laut berikutnya. Sebuah pos jagawana berdiri kokoh di pantai merupakan pos sekaligus tempat tinggal para polisi hutan yang tengah menjaga keberadaan Cagar Alam Krakatau ini tetap lestari. Setelah cukup melemaskan otot dan udara segar kami pun melanjutkan pelayaran.
Legon Cabe, sebuah pantai dengan terumbu karang yang masih asli dimana arus samudera mengalir melindungi karang dari sedimentasi yang dapat menghambat pertumbuhan karang dan alga zooxanthela yang hidup bersama karang. Alga inilah yang memberikan aneka warna indah hewan karang seperti kuning, coklat muda,biru, dan berbagai corak warna lain.
Karang di Legon Cabe memiliki aneka bentuk pertumbuhan, seperti meja, otak, tanduk rusa, bahkan lembaran daun. Selain sebagai pelindung pantai dari hantaman ombak, karang juga berfungsi menahan air laut merembes ke darat. Dalam tata kehidupan bawah laut karang merupakan bagian dari terumbu karang selain fauna lainnya seperti kima, kerang, bintang laut, teripang, udang lobster, aneka ikan karang serta berbagai jenis kehidupan lainnya.
Antar jenis kehidupan satu dengan lainnya memiliki hubungan tidak terpisahkan dan membentuk sebuah keseimbangan alam. Acapkali manusia serakah menjadi penyebab utama dari munculnya ketidakseimbangan dalam tata kehidupan di laut. Seekor ikan kakatua mendapatkan lumut atau alga dari karang mati yang telah ditumbuhi lumut berguna membersihkan lumut yang menempel sehingga anak karang yang baru dapat menempel pada substrat dan hidup. Bagi siapa saja yang baru pertama menggunakan snorkel, pengalaman scuba diving atau snorkeling di kawasan Krakatau ini menjadi petualangan seru yang sulit didapatkan di tempat lain.
Sore itu kami segera berlayar kembali ke dermaga Canti untuk seterusnya ke pelabuhan Bakauheni, Lampung untuk menyeberang ke Merak, Banteng. Dalam perjalanan kami singgah mencari oleh-oleh berupa kripik pisang aneka rasa. Pelabuhan Bakauheni merupakan pelabuhan termegah di Indonesia. Terima kasih saya ucapkan kepada para pemandu wisata dan pendamping.
Baca Juga :
13 Lokasi Wreck Dive Menakjubkan di Indonesia
Hebat! 10 Ikan Komersial ini menentukan Kesehatan Karang
Menghentikan Ancaman Kepunahan Ikan Napoleon, Mungkinkah?
Untaian Cincin Api Flores Timur
Selam dan Lestarikan Raja Ampat
9 Ikan Eksotis Paling Dicari Penyelam